Minggu, 11 Mei 2014

Perbedaan~

Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Khusus periode 2013-2014 telah berakhir dan saatnya masuk periode baru yang menjadi periode angkatan 2012. Aku memutuskan untuk tidak mengikuti himpunan di periode berikutnya karena banyak faktor, keluarga, akademik, kerjaan dan satu hal yang paling aku junjung tinggi dalam himpunan yaitu loyalitas, aku tidak bisa merealisasikannya karena faktor-faktor tadi. 
Sebagai seorang manusia, aku memiliki prinsip untuk mendapatkan pengalaman sebanyak-banyak dan itu melalui organisasi. Di SMA, aku mengikuti banyak organisasi dan aku menjadi ketua dari organisasi yang aku ikuti. Menurut pendapat teman-temanku aku memiliki jiwa sebagai organisator dan aku sendiri merasakannya.
Ketidakikutsertaanku dalam HMJ tahun ini menjadi satu hal yang fenomenal khususnya untuk diriku sendiri. Seperti tidak percaya dengan fakta bahwa aku, seorang prima tidak mengikuti organisasi di Himpunanku sendiri dikarenakan alasan ketidakloyalan dan beberapa faktor yang telah aku utarakan di atas. Banyak sekali teman-teman seangkatan yang menyayangkan ketidakikutsertaanku tapi aku berjanji pada mereka untuk tetap berkontribusi terutama dalam kegiatan pengkaderan yang menjadi jantung dari Himpunan itu sendiri.

Didaulat menjadi seorang Komisi Disiplin oleh ketua bidang kaderisasi, Anky menjadi sebuah tanggung jawab dan juga beban moral tersendiri bagiku. Kedisiplinan merupakan satu indikator yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu himpunan. Aku harus menegaskan kedisiplinan, tata tertib dan kalau istilah nya aku harus tegas terhadap mereka, peserta pengakaderan. Peserta pengkaderan kali ini bukanlah peserta biasa, mereka merupakan anak rantau dari pulau sebrang yaitu dari Aceh dan juga Kalimantan. 

Di acara pengkaderan sebelumnya, aku memang menjadi komdis dan juga pernah menjadi korlap, namun tidak ada tantangan yang berarti yang aku dapatkan ketika mengemban tugas menjadi komdis ataupun korlap. Tapi kali ini, aku menjadi komdis di acara Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Kerjasama, bukan menjadi hal yang ringan dan mudah, tapi menjadi hal yang sulit, penuh emosi, tantangan dan kedongkolan.

Budaya kita berbeda. Diantara kita terdapat banyak perbedaan. Perbedaan cara bicara, kesopanan, tata krama dan banyak lagi. Dan hal itulah yang menjadi permasalahan terbesarku dalam menegakkan kedispilinan pada mereka. Metode rendah sampai sedang telah aku pergunakan untuk memperingatkan mereka tentang kedisiplinan. Tapi perilaku mereka sendiri yang membuat aku naik tensi sampai akhirnya kita, semua komdis sepakat untuk menaikkan tensi kita dalam peringatan tentang etika dan moral yang mereka miliki. Aku yang banyak bicara membawa daerah mereka untuk memotivasi mereka agar lebih baik, dan meyakinkan bahwa mereka adalah putra-putri terpilih dari daerahnya, menurut pendapatku, dengan diperingatkannya mereka tentang tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan terhadap mereka dari daerahnya itu akan membuat mereka sadar dan semakin bersemangat dalam mengikuti kegiatan pengakaderan. Tapi nyatanya tidak, mereka kesal, sakit hati sampai akhirnya tidak datang di keesokan harinya. Kemungkinan besar mereka sakit hati dengan perkataanku yang kemungkinan besar juga mereka salah dalam menangkap maksud pembicaraanku. Dari 70 orang lebih, hanya 4 yang datang, 4 dari 70. Sungguh memalukan dan membuatku berfikir betapa mereka benar-benar keras dan "sensitif". Sebagian besar panitia berpendapat bahwa ini merupakan kesalahan dari awal karena kita sudah dekat dengan mereka yang mana akhirnya ngebuat mereka ngelunjak dan blagu. 

Siapa yang salah sebenarnya? Perilaku mereka yang memang sudah keras dan sensitif atau perkataanku yang menyinggung mereka?? 

Tapi ini bukan permasalahan siapa yang salah dan siapa yang tidak. Yang pasti ini merupakan pembelajaran bagiku untuk memahami dan mengerti mereka sekalipun mereka tidak mau mengerti dan tidak mau beradaptasi dengan lingkungan disini. Aku harus bersikap dewasa biarpun umur mereka dan aku lebih tua mereka. Bagaimanapun aku harus memberikan contoh pada mereka. Dan kalaupun mereka memang benar-benar sakit hati dengan perkataanku, jauh di lubuk hati aku meminta maaf yang sebesar-besarnya. Sungguh secuilpun aku tidak mau menyakiti mereka, bagaimanapun mereka adikku di himpunan ini di jurusan ini. Aku ingin mereka memiliki citra yang baik di mata mahasiswa yang lain terutama di mata mahasiswa pendidikan khusus. Hanya itu. Aku minta maaf. Sungguh.

Perbedaan kebudayaan bukan harusnya menjadi penghalang kita sebagai mahasiswa satu jurusan untuk tidak menerima satu sama lain. Tapi justru disinilah kita harus mengerti dan saling memahami budaya satu sama lain. Hargai kami seperti kami menghargai kalian, adik-adik kelas kerjasama :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar